You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Samsam
Samsam

Kec. Kerambitan, Kab. TABANAN, Provinsi BALI

Sejarah Desa

Administrator 13 November 2023 Dibaca 105 Kali

Tersebutlah dalam lontar "Prasasti Sukahet" dimulai dari perang Gelgel sejak Pemerintahan Yang Mulia Dalem Dimadia yang berhasil dipukul oleh I Gusti Widia alias Arya Batan Jeruk.

Sejak kekalahan Yang Mulia Dalem Dimadia, timbulah kegelisahan diantara putra – putra raja yang masih hidup. Putra-putra raja ini lalu menyusun kekuatan kembali yang dipimpin oleh seorang kesatria yang bernama Dewa Agung Putra dengan pengikut-pengikutnya antara lain I Dewa Sumerta, Ki Pasek Kacang Dawa serta seluruh rakyat Sweca Pura. Setelah menyusun strategi peperangan, maka mulailah Dewa Agung Putra memukul Gelgel yang telah dikuasai oleh Arya Batan Jeruk. Peperangan yang dahsyat ini dimenangkan oleh Dewa Agung Putra yang kemudian langsung memerintah Gelgel dengan gelar Dalem Jambe.

Diceritakan sekembalinya dari medan perang dengan hasil kemenangan yang gemilang, maka salah seorang pengikut Dalem yaitu I Dewa Sumerta sangat kaget melihat putranya dalam keadaan tenang, malahan sedang bercumbu dengan kekasihnya serta tidak ikut berperang. Maka murkalah I Dewa Sumerta kepada putranya yang bernama I Dewa Gede Kesa mau dibunuhnya. Dalam keadaan sengat kritis tersebut, datanglah Ki Pasek Kacang Dawa serta segera melaporkan hal tersebut kepada Raja. Maka Raja meminta kepada I Dewa Sumertaagar anaknya I Dewa Gede Kesa dipindahkan ke Tabanan dengan iringan 20 (dua puluh) panjak yang terdiri dari panjak Ki Pasek Kacang Dawa. Perpindahan ini diterima oleh Raja Tabanan  di Banjar Tegal(Tabanan). Setelah lama berdomisili di Banjar Tegal, I Dewa Gede Kesa sudah berkeluarga dan mempunyai putra, pengabdian kepada  Raja Tabanan semakin bijaksana karena semakin hari kedewasaan, kecerdasan serta kealiman beliau dalam melaksanakan tugas.

Dalam keadaan seperti itu, ada seorang ada seorang Patih Raja Tabanan yang bernama Arya Telabah merasa iri, lalu segera melapor kepada Raja Tabanan serta mengusulkan Putra-Putra Kesatrya ini segera dipindahkan. Tanpa pikir panjang lagi Raja Tabanan menyetujui usul Ki Patih yang mendapat kepercayaan penuh ini. Oleh Raja, Putra Kesatrya ini maunya dipindahkan kedaerah sebelah utara dengan maksud menjadi Tabeng Wijang (benteng) akan tetapi patih yang lain tidak menyetujui, dengan alasan Kesatrya ini akan mudah mencari bantuan ke Klungkung, maka diputuskanlah  untuk dipindahkan ke sebelah barat kota.

Dalam perjalanan para Kesatrya yang diikuti oleh para abdi, ditemuilah sebuah tempat yang mengepulkan asap dari dalam tanah ( lokasinya di Pura Sada ) tempat ini dianggap sangat utama, maka ditetapkanlah untuk berdomisili di tempat ini, yang bernama hutan Metya atau hutan Ustra. Lama-kelamaan terbentuklah sebuah desa yang berlokasi di sebelah barat sungai Yeh Enu. Dikala sedang giat-giatnya para penghuni memperbaiki kebun dan ladangnya di sela dengan megecel ayam pada waktu istirahat sebagai tradisi waktu itu, maka datanglah seorang Pendeta dari arah barat. Sesampainya di tempat ini ( hutan Ustra ) Pendeta tersebut menaburkan bunga ( sari ) dan beras kuning ( wija ). Wija dan Sari ini tidak lain adalah Samsam, yang disertai dengan Puja Pangastuti Om, Swasti Astu, mak mulai saat Wijasari atau Samsam itu ditaburkan, oleh para leluhur tempat atau desa ini dinamai Desa Samsam.

Raja Tabanan Cokorda Ngeluwur adalah seorang raja yang alim dan bijaksana, beliau sering turun / berkunjung ke kampung serta sambil memeriksa keadaan. Pada saat beliau berkunjung ke kampung – kampung sebelah barat yang bergunung – gunung dan berlembah curam beliau sering mandeg/beristirahat. Di dataran sebelah barat sungai Yeh Enu beliau mengadakan persalinan/pergantian juru sunggi ( pengusung ) untuk melanjutkan perjalanan beliau ke kampung lain. Terkenallah tempat ini bernama Pesalinan yang lama kelamaan disebut Penyalin.

Sementara itu dikisahkan panjak – panjak ( rakyat ) Raja dari Wongaya yang dipimpin oleh I Gede Jagra hendak menghadap Raja Tabanan, tersesat di sebuah hutan Kutuh ( Kapuk ) disebelah barat Tabanan, setelah lama beristirahat disana sambil mengingat ngingat jalan yang menuju Tabanan. Akhirnya jalan yang menuju Kerajaan Tabanan itu ditemukan. Akan tetapi setelah tugas mereka selesai, mereka tidak kembali lagi ke Wongaya namun mereka tertarik untuk menetap di hutan Kutuh ( Kapuk ) yang sangat subur sekali.

Merekapun mendirikan pondok – pondok dibawah naungan pohon kutuh, lama kelamaan pondok- pondok tersebut berkembang menjadi suatu Banjar Kutuh. Segala kebutuhan masyarakat dibangun antara lain : rumah, sawah, kebun serta tempat persembahyangan sehingga Banjar Kutuh semakin lama semakin maju.

Suatu ketika Banjar Kutuh ditimpas malapetaka, berjuta – juta semut menyerang penduduk, rumah – rumah mereka diserbu, banyak ternak menjadi korban. Segala usaha telah dijalankan akhirnya semua sia – sia.

Akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke sebelah barat agak keselatan  (sebelah barat daya ). Oleh karena Banjar Kutuh dipisahkan oleh bengang ( tanah kosong tiada pondokan ) maka disebutlah Banjar Kutuh Kaja dibagian utara dan Banjar Kutuh Kelod di bagian selatan. Di sebelah barat Samsam terdapat pula beberapa Pondokan yang dihuni tiga keluarga yaitu :

               1.Keluarga I Dewa Sembung

               2.Keluarga I Dewa Negara

               3.Keluarga I Dewa Bakungan

Tempat pondokan ini mereka sebut Pelem Bajang, karena mereka ini berasal dari Pelem sebuah Banjaran yang terletak di Barat Laut pondokan ini. Disebut Pelem Bajang lama kelamaan terkenal dengan nama Lumajang.

Pada jaman penjajahan Belanda Banjar – banjar ini yaitu : Banjar Samsam, Penyalin, Kutuh Kelod, Kutuh Kaja dan Lumajang dibentuk menjadi satu Desa yang dikepalai oleh seorang Bendesa yang berkedudukan di Samsam.

Desa Samsam terdiri dari 6 (enam) Banjar Dinas yang di Kepalai oleh Kelian Banjar Dinas. Adapun Nama Banjar Dinas tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Banjar Dinas Samsam I
  2. Banjar Dinas Samsam II
  3. Banjar Dinas Lumajang
  4. Banjar Dinas Penyalin
  5. Banjar Dinas Kutuh Kelod
  6. Banjar Dinas Kutuh Kaja

 

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image